Ringkasan Khotbah KU Minggu, 17 Mei 2020
Mengasihi Dalam Kebenaran
1 Yohanes 3 : 11 – 18
Ev. Grace Lensun
Ada beberapa motif orang melakukan sesuatu, diantaranya:
- motivasi ikut-ikutan: pada level ini orang melakukan sesuatu karena melihat orang lain juga melakukan hal yang sama
- motivasi mood-moodan: orang melakukan sesuatu tergantung perasaan dan suasana hatinya, jika dia mau melakukan ya dilakukan, tapi kalau suasana hati lagi tidak baik maka tidak melakukannya
- motivasi pamer: melakukan sesuatu hanya karena ditunjukkan ke orang lain supaya terkesan baik bahkan tipe ini cenderung terkesan kompetitif, merasa tindakannya lebih daripada orang lain
- motivasi “mencintai”: melakukan sesuatu karena mencintai apa yang dilakukan.
Pada level motivasi ini, seseorang sungguh memiliki motivasi yang tulus, tidak hanya mencari kepujian dan kepentingan dirinya tetapi hati yang rela berkorban untuk kepentingan orang lain.
Di masa masa krisis seperti ini dengan isu global pandemic Covid-19 yang menghantam keras segi ekonomi, maka dengan mudah kita melihat potret-potret kebaikan yang dilakukan entah itu dari pribadi maupun lembaga-lembaga termasuk gereja didalamnnya. Sekali lagi tidaklah salah melakukan semua kebaikan dan tindakan kasih dalam bentuk dan kemasan apapun, tapi perlu untuk merenungkan dengan motivasi apa kita melakukan itu semua adalah sesuatu yang esensial. Firman Tuhan yang kita baca hari ini merupakan sebuah implikasi praktis yang seharusnya dilakukan anak-anak Tuhan dalam irama kehidupan yang terhisap dalam komunitas gereja sebagai keluarga Allah yang saling mengasihi satu dengan yang lain. Secara terang-terangan Yohanes menuliskan gaya hidup saling mengasihi dari anak-anak Tuhan sebagai tanda hidup baru dan yang sedang bertumbuh kearah kedewasaan Kristus.
Yohanes mengatakan disini bahwa sesorang yang tidak memperlihatkan kebenaran maka dengan demikian memperlihatkan bahwa ia tidak berasal dari Allah.
Contoh: buah dikenal dari pohonnya, maksudnya tidak ada cara lain untuk menceritakan tentang sebatang pohon selain dari menunjuk kepada buahnya, begitupun tanda kehidupan anak anak Allah dilihat dari buah kehidupannya.
Hal yang membuktikan bahwa seseorang termasuk didalam Allah adalah kebenaran didalam kehidupannya. Apakah kebenaran itu? Yohanes sangat jelas mengatakannya yaitu menjadi benar berarti mengasihi sesama. Menurut Yohanes, sebagai milik kepunyaan Kristus, maka kita bertanggung jawab untuk saling mengasihi berdasarkan kasih Allah. Kemudian melanjutkan dengan mengemukakan alasan mengapa perintah itu yaitu saling mengasihi begitu sentral dan begitu mengikat.
- Suatu tugas kewajiban yang diajarkan terus menerus didalam kekristenan:
Sejak momen pertama seseorang masuk ke dalam gereja, dan sejak seseorang mengakui didalam hati dan bibirnya untuk mengikut kristus, maka ia menempatkan dirinya sendiri untuk menjadikan KASIH sebagai dorongan utama dari kehidupannya. Ibaratnya: mesin yang menggerakkan kendaraan sehingga bisa berjalan begitupun kehidupan anak Tuhan bisa bergerak karena dorongan kasih yang berasal dari Allah. Ketika kasih yang di karuniakan kepada kita itu telah bergerak aktif maka kitapun diberi kemampuan untuk :
- Mengasihi orang yang sebelumnya tak pernah bisa dikasihi
Yesus menyatakan pada kita bahwa kebencian bukanlah pilihan pengikut-Nya lagi. Bagaimanapun kita diperlakukan oleh seseorang, entah kita disakiti,dikecewakan maka pilihan satu-satunya adalah kita tetap mengasihi
(Mat 5:43-45 ).
- memampukan kita mengasihi orang-orang yang kurang diperhatikan
Dunia saat ini tidak punya waktu untuk para gelandangan, orang-orang miskin, yatim piatu, lanjut usia, dan dipenjara. Yesus pun jelas menyatakan bahwa kalua kita mengaku kita adalah miliknya, maka kita berkewajiban untuk melakukan pekerjaaan-Nya di tempat-tempat seperti itu
(Matius 25:34-36 )
- Sebagai bukti bahwa kita adalah milik kristus
Untuk alasan itulah maka kenyataan bahwa seseorang mengasihi sesamanya adalah bukti yang terakhir yang seseorang harus lewati dari kematian ke dalam kehidupan. Sebagaimana dikatakan oleh A. E. Brooke “Kehidupan adalah suatu kesempatan untuk belajar mengasihi dan Kehidupan tanpa kasih adalah kematian. Mengasihi berarti berada dalam terang; membenci berarti dalam kegelapan”
Selanjutnya tidak mengasihi berarti menjadi seorang pembunuh. Tidak ada keraguan disini bahwa Yohanes sedang berpikir mengenaikata-kata yesus dalam khotbah di bukit. Mat 5:21-22 Yesus berkata bahwa hukum lama melarang pembunuhan tetapi hukum yang baru menyatakan bahwa kemurkaan, kepahitan dan penghinaan adalah dosa-dosa yang serius. Bilamana pun kebencian terdapat dalam hati manusia maka ia akan merupakan pembunuh potensial. Mengizinkan kebencian menduduki hati adalah sama dengan memutuskan perintah Yesus untuk mengasihi. Karena itu seseorang yang mengasihi adalah seorang pengikut Kristus dan seseorang yang membenci adalah bukan pengikut Dia. Kehidupan Kristen adalah meniru Kristus. Apa yang kita tiru dari Yesus, Filipi 2:5 memberitahukannya. Kemudian Ia memberikan contoh yaitu kita harus mengikuti jejak-Nya 1 petrus 2:21. Yohanes mengatakan bahwa kita dapat memperoleh banyak kesempatan untuk memperlihatkan dan meneruskan kasih Kristus didalam kehidupan sehari-hari. Kalau saja kita mau peka dengan keadaan sesama disekitar kita, maka akan ada kesempatan-kesempatan bagi kita untuk berbagi.
Berbicara tentang berbagi adalah suatu konsep yang gampang untuk dikatakan tapi sulit untuk dilakukan, bagaimana tidak natur berdosa kita selalu mengarahkan kita untuk berusaha “mendapat” sesuatu yang intinya untuk kepentingan diri kita sendiri, kita sulit untuk bisa membagikan apa yang kita miliki kepada orang lain,sekali lagi kita cenderung ingin memiliki,mendapatkan,menimbun dari pada memberi,membagi,mempersembahkan bahkan berkorban sesuatu. Tapi Yesus mengajarkan bahwa kasihnya itu tidak bersyarat,tidak menunggu pamrih, bahkan kasih yang penuh pengorbanan.
Seperti pada ayat 16b, ada frase yang menarik dikatakan Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa untuk saudara-saudara kita. Maksud dari menyerahkan nyawa bukan bararti secara literal, tetapi ini adalah kiasan dimana kita menyerahkan nyawa kita kepada saudara saudara kita dalam bentuk peduli,memberi dan berkorban baik itu waktu tenaga uang dan lainnya. Pada ayat 17 , Yohanes memberikan contoh praktis bagaimana konsep menyerahkan nyawa kepada saudara saudara kita dalam bentuk mempersembahkan harta. Berkaitan dengan hal ini, kita bisa melihat dari 38 perumpamaan Yesus di Alkitab, 16 diantaranya adalah cara menangani harta benda. Bahkan, 2000 ayat Alkitab mengulas tentang harta benda. Kita tidak bisa menyimpulkan hati yesus terpancang pada uang, tetapi justru Dia sudah tahu apa yang akan terjadi pada kita. pengajaran-Nya terus-menerus mengarahkan kita untuk menggunakan hal-hal yang ada pada kita termasuk uang dan harta kita untuk mengasihi Allah dengan menyalurkannya kepada sesame yang membutuhkan. Kasih karunia Allah yang besar seharusnya menggerakkan kita untuk merasa bukan seperti harus memberi, tetapi seperti mendapat hak istimewa untuk memberi. Hidup yang memberi adalah hidup yang berarti, uang memang tidak menyelamatkan jiwa seseorang, tapi kita perlu dana untuk menopang pelayanan didunia dan menjangkau mereka yang membutuhkan. Selain membagikan harta didunia ini kita juga perlu untuk membagikan harta sorgawi yaitu iman percaya kita kepada Tuhan. Kasih yang terbesar kepada sesama adalah kasih yang mampu menyentu orang sampai pada hal keselamatannya. Tidak menutup kemungkinan Tuhan memberikan kita kesempatan untuk menceritakan injil kepada mereka yang belum terjangkau oleh inijl. Yohanes 3:16 yang adalah kasih Allah terbesar yang menyelesaikan masalah utama manusia itulah yang hendak kita bagikan kepada mereka.
Akhirnya di ayat 18, Yohanes memberikan ajakan praktis atau sebuah konklusi klimaks dari maksud pemberitaannnya yaitu marilah mengasihi dengan perbuatan jangan hanya mengasihi dengan perkataan. Kasih bukanlah hanya sebuah emosi sesaat tetapi kasih itu adalah sikap. Sebuah ungkapan yang sudah sangat sering kita dengar berkata: Tindakan akan lebih berbicara keras dari perkataan, 1 tindakan =1000 perkataan, artinya kata-kata yang indah tidak pernah dapat menggantikan tempat dari perbuatan yang indah, kasih yang hanya diucapkan itu adalah kasih yang palsu/bohong. Sekalipun itu percakapan Kristen/rohani tidak dapat menggantikan perbuatan kasih yang lakukan kepada seseorang yang membutuhkan. Jangan jadi orang Kristen NATO=NOT ACTION TALK ONLY, atau bahasa Manado menyebutnya dengan istilah “LAMU”=LALA MULU. Kalau kita hanya bisa mengasihi dengan lidah berarti kita belum sungguh-sungguh menghayati apa sebenarnya kasih Kristus yang telah mengalir dan membebat hidup kita. Firman Tuhan amat sangat jelas mengajak kita saat ini untuk melandasi setiap motivasi kebaikan dan tindakan kasih kita kepada sesama diatas dasar mengasihi dalam kebenaran yaitu mengasihi dengan kasih Kristus, dan itulah panggilan kita sebagai anak-anak Allah yang terus mau bertumbuh kearah keserupaan Kristus dalam komunitas keluarga Allah yang tetap dan terus saling mengasihi.